Kesempurnaan Jiwa dan Kemuliaan Akhlaq
Nabi Shallallahu alaihi wa
salam lain daripada yang lain karena kefasihan bicaranya, kejelasan ucapannya,
yang selalu disampaikan pada kesempatan
yang paling tepat dan di tempat yang tidak sulit diketahui, lancar, jernih kata-katanya, jelas pengucapan dan maknanya, sedikit
ditahan, disisipi kata-kata yang luas
maknanya, mengkhususkan pada penekanan - penekanan hukum. Beliau adalah orang
yang lembut, murah hati, mampu menguasai
diri, suka memaafkan saat memegang kekuasaan dan sabar saat ditekan. Orang yang
murah hati bisa saja tergelincir dan terperosok . tapi sekian banyak gangguan
yang tertuju kepada beliau justru menambah kesabaran beliau. Tingkah polah
orang-orang bodoh yang berlebih-lebihan justru menambah kemurahan hati
beliau. Aisyah berkata, “Jika Rasulullah harus memilih di antara dua perkara,
tentu beliau memilih yang paling mudah di antara keduanya, selagi itu bukan
suatu dosa. Jika suatu dosa, maka beliau
adalah orang yang paling menjauh darinya. Beliau tidak membalas untuk dirinya
sendiri kecuali jika ada pelanggaran terhadap kehormatan Allah, lalu dia membalas karena Allah. Beliau adalah
orang yang paling tidak mudah marah dan paling cepat ridha.”
Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam adalah orang yang paling malu dan suka menundukkan mata. Abu Sai’d Al
Khudry berkata, “Beliau adalah orang yang lebih pemalu daripada gadis di tempat
pingitannya. Jika tidak menyukai sesuatu, maka bisa diketahui dari raut
mukanya.”
Beliau tidak pernah lama
memandang ke wajah seseorang, menundukkan pandangan, lebih banyak memandang ke
arah tanah daripada memandang ke arah langit,
pandangannya jeli, tidak berbicara langsung di hadapan seseorang yang
membuatnya malu, tidak menyebut nama seseorang secara jelas jika beliau
mendengar sesuatu yang kurang disenanginya, tetapi beliau berkata, “Mengapa
orang-orang itu berbuat begitu ?”
Beliau senantiasa gembira,
murah hati, lemah lembut, tidak kaku dan keras,
tidak suka mengutuk, tidak berkata keji,
tidak suka mencela, tidak suka memuji,
pura - pura lalai terhadap sesuatu yang tidak menarik dan tidak tunduk
kepadanya, meninggalkan tiga perkara dari dirinya : Riya’, banyak bicara dan
membicarakan sesuatu yang tidak perlu. Beliau meninggalkan manusia dari tiga
perkara: Tidak mencela seseorang, tidak menghinanya, dan tidak mencari-cari
kesalahannya.
Sifat - sifat yang sudah
disebutkan di sini hanya sebagian kecil dari gambaran kesempurnaan dan
keagungan sifat - sifat beliau. Hakikat sebenarnya yang menggambarkan sifat dan
ciri - ciri beliau adalah sesuatu yang tidak bisa diketahui secara persis
hingga sedetil-detilnya. Adakah orang yang mengaku bisa mengetahui hakikat diri
manusia yang paling sempurna dan mendapat cahaya Rabb-nya, hingga akhlaknya pun adalah Al Qur’an ?
Tulisan yang dipaparkan di
sini belumlah cukup untuk menggambarkan sosok mulia Rasulullah SAW. Sampai
habis tinta untuk menulis pun belumlah cukup untuk menceritakan kemuliaan
akhlak dan kesempurnaan jiwanya.
No comments:
Post a Comment